Berhenti Jadi Guru dan Bisnis Ternak Lele
“Ida beli mobil, katanya,” kata ibu mertua Rahman.
Rahman paham, tak ada gunanya membicarakan hal itu. Itu hanya untuk menyindir dirinya yang penghasilannya pas-pasan, untuk service motor saja tidak mampu. Istrinya kadang merasa iri sama tetangga yang sudah mampu beli ini dan itu. Sang mertua tentu ingin melihat anaknya juga bahagia seperti itu. Dulu senang sekali dapat menantu sarjana, pikirnya punya penghasilan tetap alias gaji bulanan. Rupanya gaji bulanan guru kecil sekali karena belum PNS.
“Iya, bisnisnya lancar,” sahat ayah mertuanya.
“Memang lebih enak bisnis.”
Mereka duduk di ruang depan bersantai. Sedangkan Rahman sedang di ruang tengah sedang ngoreksi tugas siswa. Ia menjadi tidak semangat untuk mengoreksi tugas siswa yang bertumpuk. Ingin rasanya ia meminta bantuan siswa saja untuk mengoreksinya agar dirinya bisa mencari penghasilan sampingan saat di rumah. Tetapi, sulit juga, belum lagi tugas administrasi persiapan akreditasi sekolah.
Istrinya mulai tampak tidak ramah. Dulu ia begitu romantis. Apalagi waktu masih baru menikah, senang sekali mendapat suami berpendidikan sarjana. Tetapi sekarang, rupanya penghasilan kuli bangunan lebih besar dari gaji bulanan guru. Bisnis sampingan Rahman hanyalah jualan online, tidak jelas penghasilannya.
Malam itu Rahman sudah menunggu istrinya di kamar. Dulu, ia langsung ke kamar kalau Rahman sudah di kamar. Sekarang, ia lebih asyik nonton TV bersama ibunya. Rahman merasa tidak enak untuk ikut nonton, ia memilih sok sibuk di kamar. Sepulang sekolah pun ia jarang langsung pulang, udah tidak tahan jadi terdakwa.
baca juga: Cara memilih sapi betina yang Baik dan Berkwalitas
Jam 10 lewat istrinya masuk ke kamar dan langnsung tidur di samping Rahman, membelakanginya. Rahman paham ia kesal pada dirinya karena penghasilannya sedikit. Tetapi, Rahman tidak mau kalah untuk urusan yang satu ini. Ia punya hak. Ia memeluk istrinya seperti biasanya. Kadang ia berontak, tapi Rahman terus berusaha.
Semakin hari pikiran Rahman semakin kacau, bahkan kadang ingin marah sama siswa yang nakal, tapi ia tahan. Tak hiburan yang bisa menghiburnya. Ia terus mencari ide untuk mendapatkan penghasilan lebih. Seharusnya, istrinya menjadi penghiburnya, tapi kini ia malah tidak ramah pada dirinya.
“Apa itu, Wan?” tanya Rahman pada Iwan saat main ke peternakan lelenya.
“Ssstt... Istriku suka marah-marah. Tak kasih ini biar terangsang terus dia.”
Rahman mau tertawa.
“Tidak apa-apa, halal kok.”
Benar juga, pikir Rahman. Ia mencoba belajar bisnis lele pada Iwan. Iwan lumayan sukses menjalankan ternak lele di rumahnya. Bahkan ia sudah mampu beli mobil. Dulu Iwan sekelas sama Rahman waktu SMA, tapi ia tidak kuliah. Sehabis SMA dia kerja ke Malaysia jadi TKI. Sepulang dari Malaysia itulah ia bisnis lele.
“Ternak lele pake kolam bioflok ini enak, Man,” jelas Iwan. “Ada pembuanannya, airnya bersih. Simpel juga tempatnya.”
“Ada berapa ekor satu kolam ini?”
“Ini diameternya tiga meter, bisa menampung sekitar tia sampai lima ribu ekor ikan lele. ”
“Banyak juga ya.”
“Iya. Satu kolam ini menghabiskan pakan delapan, kadang sembilan kilo.”
“Berapa kali ngasih pakan sehari?”
“Dua kali saja, jam tuju pagi sama jam tuju malam.”
“Wah, kalau guru kayak saya, tidak bisa ngasih pakan paginya.”
“Ya, kan bisa minta bantuan istri.”
Rahman cukup tertarik dengan bisnis lele menggunakan kolam bioflok tersebut. Menurutnya itu simple. Apalagi masih ada pekarangan kosong, meskipun itu milik mertuanya. Bisa ia bicarakanlah sama istri. “Beli dimana ramuan itu?” tanyanya kemudian.
Iwan tertawa. “Kenapa? Binimu suka marah-marah juga?”
“Ya, begitulah.”
Sesampainya di rumah, Rahman agak bingung. Ia masih kumpul sama mertua. Makan pun masih satu meja makan. Kalau ramuan itu dicampurkan pada sayur di meja, bukan hanya istri dan dirinya yang terangsang, tapi juga mertuanya. Lama ia mikir, tapi akhirnya nekad juga. Ia teteskan aja sedikit.
Habis sholat isyak istri Rahman sudah di kamar, biasanya nonton TV. Mertuanya juga tidak nonton TV, mereka duduk berdua di ruang depan. Rahman yakin ramuannya berefek. Ia coba ke kamar. Istrinya tersenyum padanya.
-->> bersambung
0 Response to "Berhenti Jadi Guru dan Bisnis Ternak Lele"
Post a Comment